Selasa, 16 Februari 2010

MELINTAS DIANTARA KESEMPATAN DAN KEBERUNTUNGAN

MELINTAS DIANTARA KESEMPATAN DAN KEBERUNTUNGAN

Aristoteles berkata: “Kita adalah apa yang berulangkali kita lakukan. Jadi kehebatan bukanlah tindakan, melainkan kebiasaan”.

Saya menulis ini dipengaruhi oleh perasaan yang berkembang belakangan ini, yaitu ketika saya mulai merasakan bahwa Hari Sabtu adalah sebuah hari yang sangat menyenangkan dan sangat saya nanti-nantikan kedatangannya. Karena apa? Karena pada Hari Sabtu ada jadwal training bagi para distributor Nu Skin, yang diselenggarakan pada pagi hari, dan dilanjutkan dengan BOM pada petang harinya.

Dalam kesempatan menghadiri training tersebut, saya akan bertemu dengan para pebisnis Nu Skin yang memiliki kualitas khusus yang begitu kuat dan dinamis, bertemu dengan para trainer yang memancarkan karisma atau magnet sebagai motivator, dan sekaligus inspirator.

Ketika mendengarkan materi training, dan duduk dalam ruangan yang sama, hidup seakan mudah, energi positif membludak, semangat membara. Kesuksesan seakan sudah ada di depan mata. Kesannya, semua masalah bisa diatasi dengan mudah.

Tetapi, ketika jam training berakhir, dan saya kembali kepada lingkungan di luar komunitas Nu Skin, kembali saya menghadapi kenyataan dan menemukan suasana yang berbeda 180 (seratus delapan puluh) derajat dengan suasana dalam ruangan training tadi.

Saya bertemu kembali dengan hiruk pikuk yang mengacaukan ketenangan, bertemu dengan orang-orang statis, digempur oleh input negatif. Energi positif melemah, semangat berhamburan dan terasa kehampaan menyelinap. Yang terbayang adalah kesulitan, penolakan, semua nampak susah dan melelahkan.

Kemana tadi wajah-wajah yang bersemangat dan bersahabat? Di depan saya sekarang bertaburan orang-orang yang bergantung kepada gaji yang pas-pasan, pada pekerjaan-pekerjaan yang kurang menjanjikan. Saya berhadapan dengan orang-orang yang harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan agar bisa mempertahankan gaya hidup. Orang-orang yang terperangkap dalam pekerjaan, baik pekerjaan yang berpenghasilan rendah ataupun tinggi, adalah korban-korban dari penciptaan penghasilan, dan tanpa disadari orang-orang tersebut menjadi ‘budak’ dari ‘penghasilan sementara.

Menurut majalah Business Week, “Bagi rata-rata pekerja diperlukan setengah dari umur mereka untuk bisa membeli rumah, menabung sejumlah uang dan mengumpulkan uang untuk masa tua. Tetapi kalau pekerja tersebut menganggur akibat kehilangan pekerjaan, hanya dalam waktu enam bulan saja pekerja tersebut akan kehilangan semua itu.” Mengerikan bukan? Tapi inilah fakta yang saya temui dalam masyarakat luas yang nyata, saat saya tidak sedang berada dalam ruangan training di Nu Skin. Dan ketika saya menawarkan alternatif jitu untuk memutar haluan dengan meniru penciptaan kekayaan sejati, mayoritas orang-orang tersebut menolak, sebagian hanya melirik sebelah mata, sebagian lagi mencibir. Padahal aktivitas yang sedang mereka lakukan adalah manifestasi dari ‘berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, mati kemudian.’

Pertanyaannya, bagaimana saya harus bersikap? Mendapati kenyataan ada dua kutub yang berbeda. Saling tarik menarik. Di luar sana saya harus menghadapi ini sendirian, walau tahu memang ada sahabat (upline), yang bisa saya mintakan bantuan, tetapi tak mungkinlah kalau sedikit-sedikit saya mengadu, sedikit-sedikit saya mengeluh, karena sahabat-sahabat para uplinepun pasti punya kesibukan dan kesulitan sendiri.

Saya harus realistis, saya memiliki 7 (tujuh) hari dalam seminggu, dan Hari Sabtu hanya sekali saya dapatkan dalam rentang waktu seminggu itu. Dalam melewati 6 (enam) hari yang berbeda itu, saya mesti menerapkan apa yang telah saya pelajari di Hari Sabtu yang mengesankan.

Berangan-angan, dan terkenang-kenang pada materi training, tentu tidak cukup, karena yang saya kejar bukan sukses dalam artian ‘fatamorgana’, saya harus bertindak dan ambil kesibukan. Hendry David Thoreau, dengan bijak mengingatkan, “Kalau hanya sekedar menyibukkan diri, percuma saja, karena semut-semutpun bisa melakukannya. Yang penting adalah menentukan jenis kesibukan yang Anda jalani.”

Saya mengingat sederet daftar, beragam jenis kesibukan yang saya pilih untuk saya lakukan, yang selalu didengungkan oleh upline saya, diantaranya: meluangkan waktu untuk mencapai tujuan, menjadi diri sendiri bukan orang lain, percaya bahwa saya berhak meraih sukses, bersiap mengalami kesulitan, menghentikan perilaku buruk sebelum menghancurkan diri sendiri, menentukan tujuan yang realistis dan waktu untuk mencapainya, berlari menuju tujuan dengan sekuat tenaga, bekerja dengan integritas, membuat lompatan, keluar dan buat jaringan, tinggalkan para pembunuh impian, tidak membutuhkan persetujuan orang lain untuk mencapai tujuan sendiri, mengenali kesempatan, berfokus pada penyelesaian bukan persoalan, menghindari bahaya, peduli pada citra diri, dan selalu bicara kepada orang tentang bisnis ini dan peluangnya, berkemauan keras dan maju dengan penuh keberanian dan banyak lagi yang inspiratif.

Terus berulang-ulang mengingati hal-hal yang mesti saya lakukan, membuka pikiran, karena pikiran itu bagaikan ‘parasut’, dia hanya akan bekerja kalau sudah terbuka. Tapi berpikir, mengingat dan berbicara tentang peluang saja tidak cukup, saya harus ‘bertindak’. Bayangkanlah seorang pasien yang menderita sakit dan berobat ke dokter spesialis ternama, lalu dokter memberi resep untuk mengobati penyakitnya. Apakah pasien tersebut dapat sembuh dari penyakitnya dengan hanya berulang-ulang membaca resepnya, membicarakan dan membahas tentang kehebatan dokter yang menuliskan resep tersebut dengan keluarga ataupun teman-teman? Hampir bisa dipastikan, penyakit yang diderita tidak akan sembuh bahkan mungkin bertambah parah, karena yang harus dilakukan adalah bertindak, menebus obat tersebut di apotek, dan meminum obat tersebut sesuai dosis yang dianjurkan dokter.

Para pelopor/upline telah menatah jalan yang sekarang saya tapaki, telah menggali sumber air yang sekarang saya minum. Saya akan meniru untuk menyamai bahkan melebihi mereka. Seorang penyair pernah berkata: “Walau aku datang sebagai orang yang paling terakhir, tapi aku dapat menggapai apa yang tidak dapat digapai oleh orang-orang yang datang terdahulu.”

Keberadaan para upline, pelopor/mentor sangat saya butuhkan, karena memang takkan ada seorangpun yang bisa melaju ke tangga sukses dengan bekerja sendiri. Penting bagi saya untuk memiliki orang yang percaya pada pandangan saya, mimpi saya, lebih beruntung lagi memiliki orang yang bersedia berkorban untuk membantu saya mewujudkan impian.

Upline yang saya butuhkan adalah para pemandu bijak yang bersedia terlibat secara pribadi demi kesuksesan saya, saya harus menghabiskan banyak waktu untuk membangun hubungan saling percaya dan hormat dengan mereka. Mereka mungkin sudah meniti jalan yang ingin saya telusuri, mereka mungkin saja pernah melakukan kesalahan, dan mereka pasti belajar dari kesalahan tersebut dan kemudian peduli membantu saya menghindari kesalahan atau jebakan yang sama.

Saya sempat terperanjat menyaksikan bahwa para upline di Nu Skin memiliki ketulusan untuk mengulurkan bantuan yang saya butuhkan. Sungguh menyenangkan memiliki seseorang yang kita tahu berada di pihak kita, meskipun tidak sempurna tapi petunjuknya pasti berharga. Saya tidak akan pernah malu untuk meminta nasehat, bukankah lebih baik mengajukan pertanyaan bodoh daripada melakukan kesalahan bodoh?

Menyadari bahwa ada orang-orang yang tidak mementingkan diri sendiri adalah suatu anugerah besar, dan ini adalah ‘keberuntungan’. Keberuntungan membayangi segala sisi kehidupan manusia, keberuntungan dapat kita raih dengan kerja keras dan bersiap menghadapi kesempatan, memposisikan diri untuk berada pada tempat dan waktu yang tepat. Kata orang, keberuntungan dapat kita kendalikan, tetapi kesempatan tidak dapat dikendalikan, intuisi kita harus peka untuk mengenali datangnya kesempatan.

Selalu ada alasan mengapa orang melakukan sesuatu, sayapun memiliki alasan mengapa saya menuliskan pengalaman pribadi dalam catatan yang berkesinambungan. Ada banyak orang yang ‘baru mulai’ bergabung dalam bisnis ini, ada banyak juga orang yang ‘berniat akan’ bergabung. Sebagian mungkin mengalami perasaan yang sama dengan yang saya rasakan, seperti yang telah saya tuliskan di permulaan. Sebagai pemula dan sedang menuju proses metamorfosa, tentu banyak kendala yang akan kita temui. Mudah-mudahan saya bisa berbagi pengalaman.

Lazimnya, sebelum memulai untuk menempuh perjalanan, kita luangkan waktu untuk memeriksa bekal yang akan kita bawa, demikian pula dalam menggerakkan bisnis ini, tidak ada salahnya kita membekali diri sebelum berinteraksi langsung dengan prospek yang akan kita tuju.

Perusahaan yang berkembang pesat, produk unik dan inovatif, sistem pemasaran terbaik adalah modal awal keberuntungan buat kita, dan ditambah lagi dengan upline yang istimewa, selalu kreatif memberi ilham, menularkan antusiasme dan energi yang memunculkan imajinasi yang hebat, adalah keberuntungan berikutnya.

Dibekali dengan keberuntungan yang berganda ini, hendaknya kita pandai memanfaatkan, kreatif menemukan kesempatan dan menangkapnya. Banyak orang mempunyai gagasan mengenai kesempatan bisnis dan peningkatan karier, tetapi mereka membiarkannya berlalu begitu saja. Kita tidak demikian, kita akan bersikap terbuka terhadap kesempatan, mengejarnya dengan penuh semangat. Kita tidak perlu menyembunyikan identitas sebagai pebisnis MLM, jangan memplesetkan MLM menjadi MaLu Mengaku. Ini adalah kesempatan yang memancing keberuntungan.

Kita belajar dari para upline, sebagian besar mereka adalah orang sukses yang mempunyai jaringan teman dan bisnis yang luas. Mereka bekerja keras untuk tetap berhubungan dan membina jaringan. Mereka terbuka terhadap informasi. Mereka tahu bahwa informasi adalah kekuatan. Kita akan belajar mendengarkan, kita akan bertanya, menganalisa, dan kemudian dengan kecerdasan yang terasah kita bisa dengan tepat menghasilkan sebuah kesempatan.

Memang semua keberuntungan tidak bisa dihasilkan dalam sekejap. Kita sadari sepenuhnya. Kita perlu konsisten untuk menggapainya. Harus optimis dan paham bahwa kita sendirilah yang mengendalikan kehidupan. Kita belajar untuk tidak terbenam dalam masalah, bahkan ketika hal buruk terjadi. Optimisme adalah senjata rahasia orang-orang kaya, terkenal dan sukses.

Saya perlu menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada upline saya, yang telah mendedikasikan kehidupannya, membagi pengalaman dan pengetahuannya, dalam pengabdian panjang membina distributor pemula seperti saya, agar sayapun dapat berdiri sama tinggi, dalam mengenali kesempatan, meraih keberuntungan dan menggapai sukses bersama Nu Skin Enterprise.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar